Sebagaimana dipahami, jalan memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis untuk perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat. Jalan memegang peranan penting perekonomian suatu daerah terutama untuk mendistribusikan barang dan jasa antar wilayah. Mobilitas penduduk sangat ditentukan oleh ketersediaan infrastruktur jalan. Isolasi dan ketertinggalan suatu wilayah biasanya disebabkan minimnya akses pra sarana jalan yang otomatis menghambat berkembangnya daerah tersebut.
Kondisi objektif keuangan pemerintah daerah tidak mampu membiayaai pembangunan infrastruktur jalan secara menyeluruh dan berkualitas. Sebagian besar pemerintah daerah menggunakan hampir 70 % lebih APBD untuk membiayai pengeluaran rutin. Sisanya baru dipergunakan untuk membiayai berbagai program pembangunan di daerah.
Akibatnya anggaran yang dialokasikan untuk membiayai pembangunan dan pemeliharaan jalan semakin terbatas. Bahkan, anggaran yang ada hanya mampu memelihara jalan yang sudah ada, sementara pembangunan jalan baru sulit untuk dilaksanakan.
Fluktuasi harga-harga material bahan pembangunan jalan semakin menambah berat program perbaikan jalan di Indonesia. Salah satu material komponen utama pembangunan jalan di Indonesia adalah aspal minyak. Sebagai produk turunan dari minyak bumi, harga aspal minyak sangat tergantung dari fluktuasi produk tersebut di pasaran internasional. Sebagaimana yang pernah di tahun 2008 lalu di mana harga minyak dunia naik hingga sampai 160 US$. Akibatnya harga aspal minyak juga turut terdongkrak menyesuaikan kenaikan harga minyak di pasaran internasional.
Di lain sisi, PT. Pertamina sebagai satu-satunya produsen minyak nasional akan segera menghentikan produksi aspal minyak. Hal ini dikarenakan bahan baku aspal tersebut diproses lebih lanjut menjadi MFO yang harga jualnya lebih tinggi 20% dipasar internasional. Akibatnya Indonesia terpaksa mengimpor 100% aspal minyak dari berbagai negara produsen minyak dunia.
Kebijakan impor aspal minyak sesungguhnya sangat bertentangan dengan kepentingan nasional karena menciptakan ketergantungan terhadap produk dari negara lain. Selain itu untuk mengimpor produk dari negara lain sama artinya dengan membelanjakan devisa yang pada akhirnya dapat menimbulkan defisit neraca perdagangan Indonesia.
Sesungguhnya Indonesia memiliki produk aspal buton yang dapat menggantikan pemakaian aspal minyak. Selain kualitasnya yang tinggi, harganya yang lebih murah, aplikasinya telah dapat dipergunakan untuk semua jenis perkerasan jalan di Indonesia.
Pemanfaatan aspal buton untuk pembangunan jalan di Indonesia dengan sendirinya akan mendorong pertumbuhan industri aspal nasional. Kebutuhan aspal nasional sebesar 1,2 juta ton setiap tahunnya dapat dipenuhi oleh aspal buton yang jumlah cadangannya masih sangat besar. Potensi cadangan aspal buton sebesar 650 juta ton dapat mencukupi kebutuhan perbaikan seluruh ruas jalan yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Jadi seharusnya tidak ada satu jengkal pun jalan di Indonesia yang rusak akibat keterbatasan anggaran untuk membiayai akibat tingginya harga aspal minyak impor.
Persoalannya sekarang tinggal sejauh mana keberpihakan pemerintah untuk memanfaatkan produk asli Indonesia tersebut dibandingkan produk impor.
Kita tunggu !!
No comments:
Post a Comment